حمتالرجال تهدمالجبال
حماتالرجال تهدمالجبال
Cita Muda-Mudi Gunung Bisa Runtuh
Masih terngiang dalam ingatan untuk manusia hingga saat ini, bagaimana majunya Islam pada era itu, Islam menjadi rujukan utama kaum-kaum non muslim, Islam begitu maju dari segala sendi kehidupan, termasuk ilmu sains yang berkembang begitu pesat dan semua diperoleh dari ketekunan muslim menggali esensi ilmu pengetahuan. Sebaliknya dunia Barat mengalami kegelapan intelektual, cita-citanya menguasai dunia pun tertanam hingga diwarisi sampai beberapa keturunannya. Kemundurannya membuat semangat maju menggapai segala asa yang tertunda, melangkah dan terus melangkah serta menghalalkan segala cara demi memperoleh misi menguasai dunia.
Kemajuan yang telah dialami umat Islam terdahulu, karena umat terdahulu mampu menempatkan porsi hidup. Mereka yang tua mewarisi keilmuan kepada yang muda, yang muda dengan kerendahan hati mengikuti perintah yang tua. Harmonisasi terjalin mesra dengan rasa ta’dzim dan menumbuhkan rasa kasih sayang tinggi, berkata dengan merendah, berjalan tidak mengadap atas dan fokus menata masa depan. Dan itulah bagian dari akhlak kaum salaf yang sekarang mulai diusik dengan kemajuan zaman dan mendahulukan logika berpikir.
Islam dengan segala kesempurnaannya menjadi sebuah agama memberikan perhatian yang tinggi terhadap kaum pemuda. Pemuda yang akan menjadi pewaris dan mampu mengukir masa depan dalam bongkahan batu yang kuat, pemuda pewaris takhta keagungan cita-cita bangsa. Bangsa pun telah menaruh perhatian yang luar biasa besar terhadap pemuda, fasilitas dan sarana hidup untuk menjalankan syahwat kepemudaannya disiapkan oleh bangsa, dengan kesadaran yang tinggi pula bahwa pemuda jantungnya bangsa.
Kecintaan Islam terhadap pemuda bukanlah hal yang asing, bagi Islam pemuda adalah mereka yang mempunyai semangat tinggi dalam berjuang. Berjuang menuntut ilmu pengetahuan umum dan agama, berjuang meraih cita-cita dengan tangan terkepal dan terus melaju dan berjuang memfungsikan diri menjadi pemuda yang peduli terhadap siklus lingkungannya dan menata alamnya. Pemuda adalah mereka yang berkreasi, berkreasi mengepakkan sayapnya mempelajari hukum alam yang bersinergi dengan dinginnya harmonisasi. Mereka yang berkreasi menciptakan sesuatu yang baru yang akan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyambut masa depan dan mereka yang berkreasi membuka lembaran sejarah dan berusaha menuai i’tibar dibalik pojok-pojok perilaku pelaku sejarah.
Bagi Islam, pemuda adalah mereka yang menempatkan idealisnya setelah melewati proses berpikir panjang disertai dengan analisis tinggi. Idealis dalam melihat problem dibalik nuansa kritiknya yang tajam terhadap kesalahan dan pemuda yang idealis dalam menempatkan kebenaran dan kesalahan serta mampu mendamaikan keduanya dengan alam pikirannya. Mampu mendamaikan yang hak dan yang batil, yang jelas dan yang redup sehingga mampu menjelaskan keadaan yang sejati.
Dan pemuda dalam Islam adalah yang bertanggung jawab dalam segala hal. Bertanggung jawab terhadap kesalahan yang diperbuat, baik dalam kondisi sadar maupun tidak sadar, bertanggung jawab terhadap asa dan harapan dengan membuktikannya, bertanggung jawab terhadap kecintaannya kepada sesama tercipta dan mereka yang siap bertanggung jawab dalam norma-norma global yang siap melanda jiwa dan raga.
Selain akan menjadi tokoh pemangku masa depan, pertumbuhan dan perkembangan pemuda amat diperhatikan dalam Islam, mulai sejak ia menjelang remaja, cara-cara beradaptasi dengan alam sudah digoreskan dengan tinta yang tak terhapus oleh masa. Masyarakat dan bangsa telah menaruh harapan yang tinggi terhadap perkembangan pewaris bangsa yang akan menyelimutinya dengan tugas-tugas yang mulia.
Sejarah Islam telah membuktikan, bagaimana pemuda telah menorehkan tinta emas dan menjawab cita-cita Islam yang tidak terlukis. Mereka berdialog dengan intelektual, bersinergi dengan ide-ide dan gagasan yang tidak berdiri di ruang yang gelap, bahkan mereka menerangi kegelapan dengan cahaya yang menyilaukan. Dan mereka bertanggung jawab terhadap maha karya yang telah disuguhkan dengan bumbu yang enak.
Islam merambah ke segala penjuru, dengan pemuda sebagai intrik gerakan dengan ide dan gagasan briliannya, mempengaruhi kemudian disegani karena penyatuannya dengan sang Pencipta. Penebar Islam semakin meningkat dan terus meningkat dan semuanya diisi oleh pemuda, pemuda yang menyerahkan diri kepada Sang Khalik dengan penyembahannya yang tiada tara. Bahkan jiwa dan raga, pemuda ini serahkan kepada sang pemilik raga.
Ali bin Abi Thalib, pemuda yang pemberani dan mempersembahkan pengabdiannya kepada Allah melalui pembawa Risalah. Ia pemuda yang pertama kali masuk Islam yang kemudian rela mati demi tegaknya agama suci. Ia pemuda yang siap menghunuskan pedangnya dalam mendampingi pemerintahan Nabi Muhammad, tetapi tidak menyebarkan Islam melalui kekerasan, malah senyumnya selalu terurai terhadap musuh-musuh Islam dan menampakkan akhlak yang diajarkan guru dunia (Nabi Muhammad). Dan dialah yang berselimut dalam remangnya malam dikelilingi kilatan senjata, dengan rasa bertanggung jawabnya terhadap janji hidup, ia tidak gemetar sedikitpun bahkan menantang dan Allah memberikan kemenangan.
Zaid bin Tsabit, yang namanya tidak sirna oleh jarak waktu 1,5 Abad yang lalu telah menorehkan lembaran demi lembaran suci dengan tinta emasnya Usia mudanya bukan penghalang untuk berkarya demi utuhnya nafas Islami di jagat raya. Ia adalah anak muda yang berusia 13 Tahun dalam menyelami pergolakan hidup kala itu, ia seorang tahfidz bahasa dan menjadi juru tulis Nabi Muhammad dan para sahabat. Dalam mushaf ia menjalankan jari-jari tangannya demi mahabah hamba berikutnya terhadap teks-teks suci dari Allah yang hasil karyanya masih menemani ruh-ruh umat Muhammad dalam penghambaannya dan selalu menemani umat seraya menunggu syafaatnya kelak.
Ide-ide brilian dalam peperangan, muncul Salman al-Farisi, ia adalah pemuda yang mencetuskan pemikiran baru kala itu untuk mengalahkan musuh Islam yang jumlahnya jauh lebih besar daripada umat Islam. Lalu dengan semangat muda ia mencetuskan ide untuk membuat parit yang akan sangat bermanfaat menghadang musuh yang datang. Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang gagah perkasa dan menguasai berbagai strategi perang dan dipercayakan oleh kaum muslimin untuk memimpin yang lebih tua darinya. Sehingga ia dikenal dalam sejarah sebagai pemuda yang tidak pernah kalah dalam peperangan yang diikutinya.
Pada era berikutnya, muncul maha karya yang tidak terbantahkan fenomenalnya, dan memancing pengetahuan-pengetahuan baru melalui karya yang mumpuni dan mengharumkan Islam hingga kini. Mereka al-Farabi, al-Khawarizmi, Ibnu Sina dan sebagainya. Ilmu sains yang teramat langka pada waktu itu telah ditemukan dan dikodifikasi dengan alamnya. Mereka berkarya dengan menggali makna dari teks-teks suci Allah yang di dalamnya telah komplit bukti kecintaan Allah terhadap hambanya. Dengan sederhana, mereka menunjukkan pada dunia dan membuktikan bahwa al-Qur’an adalah sumber inspirasi yang akan menghasilkan ribuan bahkan jutaan inspirasi yang akan menjulang tinggi asalkan mampu digali dengan semangat Islam.
Pada era yang semakin menegangkan dunia dengan berbagai carut marut, antara perselingkuhan hamba dengan makhluk, lahir pemuda yang berintelektual tinggi tapi tidak menghilangkan spiritualnya. Dia adalah Muhammad al-Fatih, seorang pemuda dalam usia yang masih dini yakni 14 Tahun sudah mampu menguasai berbagai bahasa dunia dan seorang Tahfidzul Qur’an, ia bukan siapa-siapa tapi dengan bermodalkan ilmu al-Qur’an yang mumpuni, ia dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi kesultanan Turki Usmani. Ia dipercaya untuk mengatur strategi militer dan ia juga ahli dalam politik. Rahasia sukses dari seorang Muhammad al-Fatih adalah penguasaan terhadap al-Qur’an dan mengamalkan isinya sehingga ia terkenal dengan sebutan sang penakluk, karena berkat dirinya, Byzantium yang digdaya sebagai benteng Konstantinopel luluh lantak ketika ia berusia 21 Tahun, tapi walau peperangan terjadi, hubungannya dengan Allah adalah yang utama, Shalat, puasa dan ibadah rutinnya adalah senjata yang tidak terkalahkan.
Selain para pemuda yang telah berkarya di bumi seperti dilukiskan di atas, masih banyak yang tidak bisa dirangkai namanya yang tinta emasnya masih bergentayangan di bilik-bilik khazanah pengetahuan pemuda yang posisinya tetap terbaca, bukan dalam dengung ruang hampa semata, keniscayaannya telah menjadi lautan pengetahuan yang bervariasi bersanad ajaran-ajaran langit.
Di Indonesia, pemuda memainkan peran yang signifikan dengan keunikan ragam gerakannya, mulai dari pindahnya orde lama menjadi orde baru, dari orde baru menjadi era reformasi hingga saat ini. Sehingga tokoh bangsa Funding father Soekarno juga telah mengungkapkan peran pemuda dalam segala hal yang tidak bisa diabaikan dan selalu diberikan ruang untuk maju dengan milyaran potensi yang akan mampu memajukan negara bangsa Indonesia.
Organisasi -organisasi sosial dan agama yang ada juga ikut berkontestasi dalam menggerakkan nafas pemudanya agar mempunyai kiprah dan karier yang jelas beragama dan bernegara. NU misalkan, dengan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) mengepakkan sayapnya dalam mempertahankan ideologi bangsa dan mengusung paham Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam mengorganisir gerakan-gerakannya dan kiprahnya konsisten hingga sekarang. NW , yang bergerak masif dengan Pemuda NW sebagai branding gerakan, senafas dengan perjuangan GP Ansor dalam menegakkan Ahlus Sunnah wal Jamaah bergerilya seantero.
Hal-hal ini adalah bentuk nyata peran pemuda yang diinginkan oleh Islam dengan menyadari kelangsungan negeri ini tidak cukup dengan ide-ide usang orang tua, maka regenerasi harus dilakukan karena Islam memandang, pembentukan dan pembinaan kepemudaan bukan goresan nasib pemuda itu sendiri untuk berjuang, tetapi kesepakatan bersama dalam menganugerahi kewajiban untuk saling memberi dan menerima sesuai dengan ajaran mulia Kalam Allah.
Pemuda Islam harus mampu menjadi nakhoda saat ini, seorang nakhoda memiliki tugas dan misi mengarahkan perahu agar dapat membawa penumpang ke tempat tujuan dengan selamat. Demikianlah pemuda Islam yang mengemban risalah dakwah mampu mengarahkan perahu yang membawa amanah dakwah, sehingga dapat berjalan terarah, tidak tersesat dan sampai tujuan dengan selamat. Pemuda Islam mampu mengarahkan perahu dakwah di kampus dan masyarakat agar dapat berjalan menuju masa depan yang cerah, ia mampu mengarahkan manusia menuju kebaikan bagi diri mereka, sehingga apabila melihat saudaranya yang sedang berjalan salah arah, ia akan segera menggandeng tangan saudaranya seraya ia ajak ke arah yang benar dengan penuh kelembutan. Demikianlah jiwa pemuda Islam, yang memiliki jiwa kasih sayang sehingga senantiasa menginginkan kebaikan bagi saudaranya, yang merupakan bukti kesempurnaan imannya.
Sebelum kita mengenal nama Muhammad al-Fatih, mungkin kita pernah mendengar nama Salahuddin al-Ayubi “sang pembebas al – Aqsa”. Pada usia 16 tahun beliau memulai karir militernya dengan bergabung bersama pasukan dinasti Fathimiyah untuk mengusir tentara salib yang menguasai Yerusalem. Berkat kegemilangannya, pada usia 21 tahun beliau diangkat menjadi panglima tentara Suria dan juga menjabat sebagai wazir dinasti Fathimiyah. Dan 23 tahun beliau berhasil mengambil alih kekuasaan dinasti Fathimiyah dan kemudian menyatukan kembali dengan kerajaan Saljuk. Pasukan yang berada di bawah komandonya pun berhasil melepaskan kota Yerusalem dari cengkerama pihak kafir dan jatuh pada kekuasaan pasukan Islam. Sama seperti halnya Sultan Mahmud II, beliau merupakan pemuda sekaligus pemimpin Islam pada masanya.
Jauh sebelum itu, ada nama Muhammad bin Al – Qasim yang berhasil menaklukkan India dengan pasukan yang dipimpinnya. Beliau merupakan salah satu panglima termuda setelah Usamah Bin Zaid bin Haritsah. Muhammad bin Al – Qasim berhasil menaklukkan India pada saat usianya belumlah genap 20 tahun. Sama halnya dengan Muhammad Al – Qasim, Usamah Bin Zaid pun ketika diangkat menjadi panglima perang usianya belumlah menginjak angka 20 tahun. Dan beliau merupakan contoh pemuda Islam yang mendedikasikan masa mudanya dengan berjuang mendakwahkan Islam.
0 comments:
Post a Comment